Kamis, 30 Desember 2010

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

BAB I
KAJIAN TEORITIS
I.1. ANALISIS SWOT

merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah.Salah satu pendekatan yang dapat dipergunakan sebagai instrumen dalam pemilihan strategi dasar adalah melalui analisis SWOT Rangkuti (2006) menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi.
Tujuan Dari Setiap Analisis SWOT Adalah Untuk Mengidentifikasi Kunci Faktor Internal Dan Eksternal Yang Penting Untuk Mencapai Tujuan Ini Berasal Dari Perusahaan Dalam Rantai Nilai Unik Kelompok Analisis SWOT Informasi Kunci Ke Dalam Dua Kategori Utama Kegunaan Analisis SWOT Tidak Terbatas Pada Organisasi Yang Mencari Laba Analisis SWOT Dapat Digunakan Dalam Setiap Situasi Pengambilan Keputusan Ketika Keadaanakhir Yang Diinginkan Tujuan Telah Ditetapkan

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan



Matrik SWOT
Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti pada Tabel 1. berikut :
Tabel 1. Contoh Matrik SWOT
E F I
E F E
STRENGTH (S)
(Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal)
WEAKNESSES (W)
(Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal)
OPPORTUNITIES (O)
(Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal)
Strategi SO
Daftar kekuatan untuk meraih keuntungan dari peluang yang ada
Strategi WO
Daftar untuk memperkecil kelemahan dengan memanfaatkan keuntungan dari peluang yang ada
THREATS (T)
(Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal)
Strategi ST
Daftar kekuatan untuk menghindari ancaman
Strategi WT
Daftar untuk memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2006
Berdasarkan Matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi yaitu sebagai berikut :
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal.
     2. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.

I. 2. BCG MATRIX
Pada awal tahun 1970-an, Bruce Henderson dari Boston Consulting Group (BCG) mengembangkan sebuah model untuk mengelola portofolio dari berbagai unit bisnis strategis (SBU) atau  lini produk utama. BCG adalah perusahaan konsultan manajemen swasta yang berbasis di Boston, AS. BCG mempekerjakan 1.400 konsultan di seluruh dunia tetapi sedang mengurangi pekerjanya sebanyak 12 persen di tahun 2002. The BCG Growth-Share Matrix adalah empat-sel (2 dari 2) matriks digunakan untuk melakukan analisis portofolio bisnis sebagai langkah dalam perencanaan strategis yang didesain secara spesifik untuk mendorong usaha perusahaan multidivisi dalam merumuskan strategi tersebut.
Kerangka dasar BCG mengasumsikan bahwa peningkatan pangsa pasar relatif akan meningkatkan kas yang dihasilkan. Seringkali asumsi ini benar karena dari kurva; meningkatkan pangsa pasar relatif menyiratkan bahwa perusahaan adalah bergerak maju pada kurva pengalaman relatif terhadap pesaing, dengan demikian meningkatkan keunggulan biaya. Asumsi kedua adalah bahwa pasar yang berkembang membutuhkan investasi dalam bentuk aset untuk meningkatkan kapasitas dan sehingga menghabiskan uang kas. Dengan demikian posisi bisnis di matriks pertumbuhan-pangsa memberikan indikasi dari penciptaan kas dan konsumsi kas.
Henderson beralasan bahwa kas yang diperlukan oleh unit-unit usaha yang berkembang pesat dapat diperoleh dari perusahaan dari unit bisnis lainnya yang berada di tahap yang lebih matang dan menghasilkan uang yang lebih banyak. Dengan berinvestasi untuk menjadi pemimpin pangsa pasar dalam pasar yang berkembang dengan cepat, unit bisnis bisa bergerak sepanjang kurva dan menciptakan keunggulan biaya. Dari penalaran ini, BCG Growth-Share Matrix lahir.



 Konsep Matrix BCG
Matriks BCG secara grafis menunjukkan perbedaan di antara berbagai divisi dalam posisi pangsa pasar relatif dan tingkat pertumbuhan industri. Matriks BCG memungkinkan organisasi multidivisi untuk mengelola portofolio bisnisnya dengan mempertimbangkan posisi pangsa pasar relatif dan tingkat pertumbuhan industri dari masing-masing divisi relatif terhadap divisi lain dalam organisasi.
Posisi pangsa pasar relatif (relative market share) didefinisikan sebagai rasio dari pangsa pasar satu divisi tertentu terhadap pangsa pasar yang dimiliki oleh pesaing terbesar dalam industri tersebut. Pangsa pasar relatif dapat ditentukan menggunakan rumus berikut:
Semakin tinggi nilai pangsa pasar suatu perusahaan, semakin besar proporsi pasar yang dikendalikannya. Posisi pangsa pasar relatif diberikan pada sumbu x dari matriks BCG. Titik tengah dari sumbu x biasanya dibuat 0,50  atau sama dengan divisi yang memiliki separuh pangsa pasar dari perusahaan pemimpin dalam industri.
Sumbu y menggambarkan tingkat pertumbuhan industri dalam penjualan yang diukur dalam bentuk persentase. Persentase tingkat pertumbuhan pada sumbu y dapat berkisar antara -20 hingga +20 persen, dengan 0,0 sebagai titik tengah. Angka kisaran ini pada sumbu x dan y seringkali digunakan, tetapi angka lainnya dapat dibuat bila dianggap sesuai untuk organisasi tertentu. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan industri (market growth rate) dapat digunakan rumus berikut:
Industri dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi menunjukkan ketersediaan pangsa pasar yang meluas, dan terdapat banyak peluang untuk mereguk keuntungan.
Matriks BCG
Keempat kuadran dalam matriks BCG adalah:

Tanda tanya (Question Mark)

Divisi dalam kuadran I memiliki posisi pangsa pasar relatif yang rendah, tetapi mereka bersaing dalam industri yang bertumbuh pesat. Biasanya kebutuhan kas perusahaan ini tinggi dan pendapatan kasnya rendah. Bisnis ini disebut tanda tanya karena organisasi harus memutuskan apakah akan memperkuat divisi ini dengan menjalankan strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk) atau menjualnya.

Bintang (Star)

Bisnis di kuadran II (disebut juga Bintang) mewakili peluang jangka panjang terbaik untuk pertumbuhan dan profitabilitas bagi organisasi. Divisi dengan pangsa pasar relatif yang tinggi dan tingkat pertumbuhan industri yang tinggi seharusnya menerima investasi yang besar untuk mempertahankan dan memperkuat posisi dominan mereka. Kategori ini adalah pemimpin pasar namun bukan berarti akan memberikan arus kas positif bagi perusahaan, karena harus mengeluarkan banyak uang untuk memenangkan pasar dan mengantisipasi para pesaingnya. Integrasi ke depan, ke belakang, dan horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan joint venture merupakan strategi yang sesuai untuk dipertimbangkan divisi ini.

Sapi perah (Cash Cow)

Divisi yang berposisi di kuadran III memiliki pangsa pasar relatif yang tinggi tetapi bersaing dalam industri yang pertumbuhannya lambat. Disebut sapi perah karena menghasilkan kas lebih dari yang dibutuhkanya, mereka seringkali diperah untuk membiayai untuk membiayai sektor usaha yang lain. Banyak sapi perah saat ini adalah bintang di masa lalu, divisi sapi perah harus dikelola unuk mempertahankan posisi kuatnya selama mungkin. Pengembangan produk atau diversifikasi konsentrik dapat menjadi strategi yang menarik untuk sapi perah yang kuat. Tetapi, ketika divisi sapi perah menjadi lemah, retrenchment atau divestasi lebih sesuai untuk diterapkan.

Anjing (Dog)

Divisi kuadran IV dari organisasi memiliki pangsa pasar relatif yang rendah dan bersaing dalam industri yang pertumbuhannya rendah atau tidak tumbuh. Mereka adalah anjing dalam portofolio perusahaan. Karena posisi internal dan eksternalnya lemah, bisnis ini seringkali dilikuidasi, divestasi atau dipangkas dengan retrenchment. Ketika sebuah divisi menjadi anjing, retrenchment dapat menjadi strategi yang terbaik.



BAB II
COMPANY PROFILLE

II. 1. COMPANY PROFIL PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (“ISM”) (BEI: INDF) adalah perusahaan Total Food Solutions yang terkemuka dengan kegiatan operasi yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran.
Kantor pusat PT. Indofood Sukses Makmur Tbk bertempat di Sudirman Plaza Indofood Tower, 25th Floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 76 – 78 Jakarta 12910, Indonesia . P : 62 - 21 - 5795 8822 / F : 62 - 21 - 5793 7373.
Visi Indofood Sukses Makmur, Tbk. Adalah menciptakan pilihan menjadi penyedia utama makanan dan consumer products bermerek terkemuka bagi jutaan consumen di Indonesia dan juga diberbagai penjuru dunia. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Mempunyai 63 perusahaan termasuk anak cabangnya dengan jaringan distribusinya meliputi lebih dari 350 depot dengan jumlah karyawan tetap sampai dengan 31 Desember 2006 sebanyak 49.367 karyawan tetap dan 1200 kendaraan operasional. 
Beberapa misi yakni untuk terus meningkatkan karyawan, proses dan teknologi, menghasilkankualitas tinggi, inovatif dan terjangkau produk yang disukai pelanggan, memastikan keseterdiaan produk produk indofood kepada pelanggan domestik dan internasional, memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan penekanan gizi, meningkatkan stakeholders value. ISM mengoperasikan empat Kelompok Usaha Strategis (Grup) yang saling melengkapi:




  1. Produk Konsumen Bermerek.
 Kegiatan usaha grup ini dilaksanakan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (“ICBP”), tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 7 Oktober 2010. ICBP merupakan salah satu produsen makanan dalam kemasan yang terkemuka di Indonesia yang memiliki berbagai jenis produk makanan dalam kemasan. Berbagai merek ICBP merupakan merek-merek yang terkemuka dan dikenal di Indonesia untuk makanan dalam kemasan.
Grup Produk Konsumen Bermerek saat ini terdiri dari lima divisi yaitu Mi Instan, Bumbu Penyedap Makanan, Makanan Ringan, Nutrisi & Makanan Khusus serta Biskuit. Kegiatan usaha grup ini didukung oleh divisi Bumbu, Kemasan dan Internasional.
Grup ini menyediakan produk yang berkualitas, inovatif dengan harga terjangkau, yang merupakan pilihan konsumen di seluruh Nusantara. Berbagai merek Indofood merupakan merek terkemuka di pasar dan dipercaya oleh para konsumen atas kualitas, rasa dan harganya.
·         Mie Instant
Sebagai salah satu produsen mi instan terbesar di dunia, Divisi Mi Instan Indofood senantiasa berada di posisi terdepan dalam industri mi instan Indonesia, dikenal atas produknya yang berkualitas dan memiliki cita rasa yang tinggi dengan harga terjangkau. Merek-merek Indofood yang sudah mapan dan dikenal seperti Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie dan Mi Telur Cap 3 Ayam, melayani konsumen dari berbagai kalangan dan usia serta memiliki tingkat kepercayaan dan loyalitas konsumen yang tinggi.

·         Dairy
Divisi Dairy  bergabung ke dalam Grup CBP melalui akuisisi PT Indolakto (Indolakto) pada akhir Desember 2008.  Indolakto merupakan salah satu produsen dairy terbesar di Indonesia, yang memproduksi antara lain susu kental manis, susu cair (susu Ultra High Temperature atau UHT, susu steril dalam botol, susu pasteurisasi) dan susu bubuk. Selain itu, Indolakto juga memproduksi es krim, minuman yoghurt dan mentega. Merek-merek Indolakto diantaranya Indomilk, Cap Enaak, Tiga Sapi, Orchid Butter, Kremeer, Nice Yogurt, dan Indoeskrim, merupakan merek-merek terkemuka di pasar dengan pangsa pasar yang signifikan. Merek-merek Indolakto dikenal dan diakui oleh konsumen karena cita rasa dan kualitasnya yang tinggi. Indomilk, merek utama Indolakto telah eksis di Indonesia selama lebih dari 4 dekade.Indolakto memiliki tiga fasilitas pengolahan susu dan satu fasilitas pengolahan es krim, yang berlokasi di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.
·         Penyedap Makanan
Divisi Penyedap Makanan saat ini beroperasi di bawah naungan PT Indofood CBP Sukses Makmur. Divisi ini memproduksi beragam bumbu penyedap makanan dengan merek Indofood. Pemasaran untuk bumbu penyedap makanan dilaksanakan oleh PT NestlĂ© Indofood Citarasa Indonesia (NICI), perusahaan patungan dengan NestlĂ©, seperti Indofood Racik,sambal Indofood, kecap indofood, bumbu instant Indofood, kecap piring lombok, maggi. Di samping itu, divisi ini juga memproduksi dan memasarkan sirup dengan merek “Indofood” yang dikenal karena kesegaran, aroma dan rasanya yang superior.
·         Makanan Ringan
·         Divisi Makanan Ringan beroperasi di bawah naungan PT Indofood Fritolay Makmur, sebuah perusahaan patungan dengan Pepsico. Divisi ini memproduksi dan memasarkan merek makanan ringan moderen dengan berbagai merek terkemuka, antara lain Chitato, Lays, Cheetos, Chiki dan JetZ. Pada tahun 2007, divisi ini berhasil melakukan terobosan di pasar makanan ringan tradisional dengan meluncurkan Qtela yaitu produk keripik singkong berbumbu yang dikemas secara modern guna menjamin kesegaran dan higienitas produk.
·         Nutrisi & Makanan Khusus
Divisi Nutrisi & Makanan Khusus saat ini beroperasi di bawah naungan PT Indofood CBP Sukses Makmur. Divisi ini memproduksi makanan untuk bayi, anak-anak dan ibu hamil dengan dua merek utama, yaitu Promina dan SUN. Pada tahun 2006, divisi ini meluncurkan SUN MP ASI dalam bentuk sachet untuk memenuhi kebutuhan segmen pasar bawah akan makanan bayi bermutu dan harga terjangkau.

  1. Bogasari
Selama lebih dari tiga dekade, keberadaan Bogasari dalam  industri makanan Indonesia cukup diperhitungkan. Bogasari tidak hanya merupakan perusahaan penggilingan tepung terigu terintegrasi dan terbesar di Indonesia, namun juga merupakan penggilingan tepung terigu terbesar di dunia yang terletak di satu lokasi. Dua pabrik tepung terigu Bogasari berlokasi di Jakarta dan Surabaya. Kegiatan usaha grup ini didukung oleh bisnis perkapalan dengan lima unit kapal – 2 tipe panamax dan 3 tipe handymax. Armada perkapalan ini sebagian digunakan untuk mengangkut gandum dari belahan bumi selatan dan utara. Selain itu, grup ini juga memiliki fasilitas sendiri untuk memproduksi kantong tepung terigu polyprophelene. Bogasari memproduksi berbagai macam tepung terigu untuk berbagai keperluan dibawah naungan merek-merek terkemuka, antara lain Segitiga Biru, Kunci Biru dan Cakra Kembar. Merek-merek Bogasari melambangkan kualitas dan merupakan merek-merek pilihan pelanggan industri dan konsumen.
Bogasari juga merupakan produsen pasta terbesar bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. Di Indonesia, produk pasta Bogasari dipasarkan dengan merek La Fonte, yang merupakan pimpinan pasar, dikenal karena kualitas dan rasanya yang lezat. Bogasari juga mengekspor produk pasta ke beberapa negara, antara lain Filipina, Korea dan Jepang.memiliki kegiatan utama memproduksi tepung terigu, pasta dan biskuit.

  1. Agribisnis
Grup Agribisnis beroperasi di bawah naungan PT Salim Ivomas Pratama, sebuah perusahaan tertutup dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk, sebuah perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Kedua perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan Indofood Agri Resources Ltd, sebuah perusahaan tercatat di Bursa Efek Singapura. Grup Agribisnis merupakan bisnis yang terintegrasi secara vertikal dan memiliki beragam produk bermerek terkemuka berbasis kelapa sawit. Kegiatan usaha grup ini meliputi seluruh mata rantai kegiatan mulai dari riset dan pengembangan, pembibitan kelapa sawit dan pemuliaan hingga pengolahan, penyulingan, branding dan pemasaran minyak goreng, margarin, shortening serta produk turunan kelapa sawit. Di samping itu, Grup Agribisnis bergerak di perkebunan karet, kakao dan teh.
Grup Agribisnis terdiri dari tiga divisi operasional yaitu Perkebunan, Minyak Goreng & Margarin serta Divisi Komoditi. Kegiatan utama grup ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan kelapa sawit, pemuliaan, termasuk juga penyulingan, branding, serta pemasaran minyak goreng, margarin dan shortening. Di samping itu, kegiatan usaha grup ini juga mencakup pemuliaan dan pengolahan karet, tebu, kakao dan teh.
  1. Distribusi
Grup Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi paling ekstensif di Indonesia, menjangkau hampir seluruh pelosok Nusantara. Selain mendistribusikan produk-produk Indofood, grup ini juga menyalurkan berbagai produk pihak ketiga. Jumlah stock point telah berkembang dengan cepat sejak tahun 2005, memberikan penetrasi pasar yang lebih luas dan lebih dalam melalui mata rantai pasokan dan pengiriman yang efisien. Stock point yang dibangun di wilayah dengan tingkat kepadatan outlet ritel yang tinggi termasuk pasar tradisional, memungkinkan setiap stock point untuk melayani wilayahnya masing-masing dalam waktu sesingkat mungkin. memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia. Grup ini mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen ISM dan anak-anak perusahaannya serta  berbagai produk pihak ketiga.
(1) manufaktur → konsumen,
(2) manufaktur → pedagang eceran → konsumen,
(3) manufaktur → pedagang besar → pedagang eceran → konsumen dan
(4) manufaktur → agen → pedagang besar → pedagang eceran →konsumen


II. 2.  Struktur Pemegang Saham (per Desember 2009)
2009
Nama Pemegang Saham
Jumlah Saham ditempatkan & disetor penuh
Persentase kepemilikan
CAB HOLDING LIMITED
4.394.603.450
50,05%
Direksi & Komisaris
3.898.300
0,05%
Publik (dgn kepemilikan dibawah 5%)
4.381.924.750
49,90%
Jumlah
8.780.426.500
100%

II. 3. Jajaran Komisaris PT. Indofood Sukses Makmur Tbk ( Board of Comisioners )
1.  Manuel V. Pangilinan - Komisaris Utama
Bapak Manuel Pangilinan menjabat sebagai Komisaris Utama Indofood sejak tahun 1999. Beliau juga menjabat sebagai Managing Director dan Chief Executive Officer di First Pacific Company Limited, Hong Kong, sebagai Chairman di beberapa perusahaan yaitu di Philippine Long Distance Telephone Company dan masih bnyk perusahaan Philipina lainnya. Atas kontribusinya terhadap perekonomian Fillipina, Bapak Manuel Pangilinan memperoleh gelar Order of Lakandula, rank of Komandante dari Kantor Kepresidenan Filipina pada tahun 2006. Beberapa penghargaan lain yang diperoleh adalah Management Man of the Year 2005 dari Management Association of the Philippines dan Doktor Kehormatan bidang Humanitarian dari Holy Angel University tahun 2008, Xavier University tahun 2007 dan San Beda College Filipina tahun 2002. Beliau adalah anggota Board of Overseers dari Wharton School, University of Pennsylvania dan menjadi Chairman di Board of Trustees of Ateneo de Manila University dan San Beda College, organisasi nirlaba Philippine Business for Social Progress (PBSP) dan Philippine Business for Education (PBED). Bapak Manuel Pangilinan juga sebagai Presiden dari Samahang Basketbol Ng Pilipinas (perkumpulan bola basket nasional - Filipina) dan Chairman dari Amateur Boxing Association of the Philippines (perkumpulan tinju nasional – Filipina).

2.    Benny S. Santoso – Komisaris
Bapak Benny S. Santoso diangkat menjadi Komisaris Indofood sejak tahun 2004. Beliau juga menjabat sebagai Komisaris Utama ICBP, Direktur PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Non-Executive Director First Company Limited di Hong Kong, anggota Dewan Penasihat Philippine Long Distance. Distance Telephone Company di Filipina dan Komisaris Utama PT Indosiar Karya Media Tbk. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Ngee Ann College, Singapura.

3.    Edward A. Tortorici – Komisaris
Bapak Edward Tortorici memperoleh gelar Bachelor of Science dari New York University dan Master of Science dari Fairfield University. Bapak Edward Tortorici pernah menduduki beberapa posisi senior dan manajerial yang penting, diantaranya Corporate Vice President di Crocker Bank, Managing Director di Olivetti Corporation of America serta Managing Director di Fairchild Semiconductor Corporation. Beliau merupakan pendiri EA Edwards Associates, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang manajemen internasional dan konsultan dengan spesialisasi merumuskan strategi perusahaan dan meningkatkan produktifitas, yang memiliki kantor di Amerika, Eropa dan Timur Tengah.

Tahun 1987, Bapak Edward Tortorici bergabung dengan First Pacific sebagai Executive Director bidang perencanaan strategi dan restrukturisasi perusahaan, serta memperkenalkan sector telekomunikasi dan teknologi ke First Pacific. Saat ini, beliau menangani strategi perusahaan untuk First Pacific dan menuntun kegiatan perencanaan strategis serta kegiatan pengembangan korporasi grup. Beliau menjabat sebagai Komisaris PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Direktur Metro Pacific Investments Corporation, Philex Mining Corporation, Maynilad Water Services, Inc. dan Landco Pacific Corporation, yang berbasis di Filipina. Bapak Edward juga menjabat sebagai Trustee dari organisasi Asia Society dan The Metropolitan Museum of Manila.

4.    Ibrahim Risjad – Komisaris
Bapak Ibrahim Risjad diangkat menjadi Komisaris Indofood pada tahun 1999, dimana sebelumnya beliau menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris Perseroan sejak tahun 1994. Beliau juga merupakan Direktur Utama PT Argha Karya Prima Industries Tbk.

5.    Albert del Rosario – Komisaris
Bapak Albert F. Del Rosario, pernah menjabat sebagai Duta Besar Filipina untuk Amerika Serikat periode Oktober 2001 hingga Agustus 2006 dan meraih gelar Bachelor’s Degree in Economics dari New York.

6.   Robert Charles Nicholson – Komisaris

     Bapak Robert Charles Nicholson beliau memiliki banyak pengalaman di bidang corporate finance dan cross-border transactions, termasuk merger dan akuisisi,telekomunikasi regional, debt and equity capital markets, corporate reorganizations dan privatisasi badan usaha milik Negara di Republik Rakyat Cina. Selain menjabat sebagai Komisari PT Indofood Sukses Makmur Tbk, beliau juga sebagai Director Metro Pacific Investments Corporation, Philex Mining Corporation, Pitkin Petroleum Plc dan Level Up! International Holdings Pte. Ltd.

7.        Graham L. Pickles – Komisaris
Bapak Graham Pickles memiliki gelar Bachelor of Business Degree dalam bidang akuntansi. Beliau adalah anggota dari Certified Practicing Accountants, Australia dan Fellow di the Australian Institute of Directors. Beliau menjabat sebagai Komisaris PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan diangkat sebagai Chairman untuk Asia Pacific Brands India Limited pada tahun 2005. Sebelumnya, Bapak Graham Pickles adalah CEO untuk Tech Pacific Holdings Limited, anak perusahaan yang 100% sahamnya dimiliki First Pacific Company Limited hingga Tech Pacific.

8.    Utomo Josodirdjo - Independent Komisaris
Independen Indofood sejak tahun 2004. Beliau merupakan pendiri perusahaan akuntan, pajak dan konsultan bisnis terbesar di Indonesia yaitu SGV Utomo (sekarang dikenal sebagai Prasetio, Sarwoko & Sandjaja). Beliau menjabat sebagai managing partner di perusahaan tersebut selama 20 tahun. Saat ini, beliau menjabat sebagai Komisaris PT Karabha Unggul yang merupakan operator Makro di Indonesia. Beliau pernah menduduki jabatan sebagai penasihat di International Finance Corporation dan ING Bank di Indonesia. Beliau meraih Master Degree in Business Economics di Rotterdam, Belanda dan meraih gelar Diploma di bidang Akuntansi dari Universitas Indonesia. Beliau mengikuti program AMP Harvard Business School di Boston pada tahun 1971. Bapak Utomo Josodirdjo merupakan salah satu pendiri President University di Jakarta.


II. 4. Jajaran Director PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (Board of Directors)
1.    Anthoni Salim - Direktur Utama
Bapak Anthoni Salim diangkat menjadi Direktur Utama dan Chief Executive Officer Indofood pada tahun 2004 dan baru-baru ini diangkat menjadi Direktur Utama ICBP. Sebelumnya beliau menjabat sebagai Wakil Direktur Utama atau Komisaris saat ini, beliau juga menjabat sebagai President dan Chief Executive Officer Grup Salim, serta Chairman dari First Pacific Company Limited di Hong Kong. Bapak Anthoni Salim memperoleh gelar Bachelor of Arts di bidang bisnis dari Ewell County Technical College di London, Inggris.

2.    Franciscus Welirang – Direktur
Bapak Franciscus Welirang menjabat sebagai Direktur Indofood sejak tahun 1995 dengan tanggung jawab memimpin Kelompok Usaha Strategis Bogasari. Beliau juga menjabat sebagai Komisaris ICBP, Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia, Wakil Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional, Ketua Komite Tetap Ketahanan Pangan Kamar Dagang dan Industri Indonesia, dan anggota Dewan Penasihat Asosiasi Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia. Sampai dengan Oktober 2007 beliau menjabat sebagai Komisaris Utama Bursa Efek Surabaya. Beliau meraih gelar Diploma dalam bidang Chemical Engineering dari South Bank Polytechnic di London, Inggris.

3.    Tjhie Tje Fie (Thomas Tjhie) – Direktur
Bapak Thomas Tjhie menjabat Direktur Indofood sekaligus mengepalai Divisi Treasury sejak tahun 2004. Pada saat ini beliau juga menjabat sebagai Direktur ICBP, Non-Executive Director Indofood Agri Resources Ltd. Komisaris Utama PT Salim Ivomas Pratama dan Dirktur PT PP London Sumatra  Indonesia Tbk.

4.    Darmawan Sarsito (Kevin Sietho) – Direktur
Bapak Darmawan Sarsito diangkat menjadi Direktur Indofood pada tahun 2004 sekaligus menjadi Komisaris ICBP. Sebelum bergabung dengan Indofood, beliau menjabat posisi manajerial di beberapa perusahaan jasa keuangan dan manajemen. Bapak Darmawan Sarsito memperoleh gelar Bachelor of Science dari University of California, Berkeley, AS, dan gelar Master of Business Administration dari San Francisco State University, AS.

5.    Taufik Wiraatmadja – Direktur
Bapak Taufik Wiraatmadja menjabat sebagai Direktur Indofood sejak tahun 2004 dan mengepalai Divisi Mi Instan. Beliau juga menjabat sebagai Direktur ICBP. Beliau meraih gelar Sarjana dalam bidang Teknologi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor dan memperolah gelar Master of Business Administration dari GS Fame Institute of Business.


6.    Peter Kradolfer – Direktur
         Bapak Peter Kradolfer diangkat sebagai Direktur Indofood pada tahun 2007 serta menjabat sebagai Deputi di Kelompok Usaha Strategis Bogasari. Beliau memulai karirnya di Indofood pada tahun 1992. Berbagai jabatan yang pernah dipegang sebelumnya termasuk Area Sales Manager di Buhler AG, Uzwil, Switzerland, sebagai Chief Technician di Buhler AG,Uzwil, Switzerland dan sebagai konsultan mechanical engineering. Beliau meraih gelar Diploma sebagai Agricultural Machinery Mechanic.

7.    Moleonoto (Paulus Moleonoto) – Direktur
         Bapak Paulus Moleonoto diangkat menjadi Direktur Indofood pada tahun 2009 dan saat ini beliau juga menjabat sebagai Komisaris ICBP, Executive Director, Head of Finance & Corporate Services Indofood Agri Pratama dan Direktur PT PP London Sumatra Ind. Beliau memulai karirnya pada tahun 1984 di sebuah perusahaan akuntan publik Drs. Hans Kartikahadi & Rekan. Beliau meraih gelar Sarjana Ekonomi bidang Akuntansi dari Universitas Tarumanagara, Sarjana Ekonomi Manajemen dan Magister Sains bidang Kebijakan Bisnis dan Administrasi dari Universitas Indonesia. Beliau juga merupakan akuntan terdaftar di Indonesia.

8.    Axton Salim – Direktur
Bapak Axton Salim diangkat menjadi Direktur Indofood pada tahun 2009 dan saat ini beliau juga menjabat sebagai Direktur ICBP, Non-Executive Director Indofood Agri Resources Ltd, Komisaris PT Salim Ivomas Pratama dan PT PP London Indonesia Tbk, serta Direktur PT Indolakto dan Pacsari Pte Ltd. Bapak Axton Salim meraih gelar Bachelor of Science Business Administration dari Univ of Colorado, AS.

9.    Werianty Setiawan – Direktur
Ibu Werianty Setiawan diangkat menjadi Direktur Indofood pada tahun 2009 dan saat ini beliau juga menjabat sebagai Corporate Secretary dan Kepala Divisi Investor Relations.







                                                                            BAB III
PEMBAHASAN

III. 1.  ANALISA SWOT DARI PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk.

PASAR mi instan di Indonesia memang menggiurkan. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap mi cepat saji ini cukup besar. Tidak heran jika dari waktu ke waktu banyak perusahaan baru melirik pasar mi instan. Meski demikian, hingga saat ini Indomie yang diproduksi PT Indofood Sukses Makmur Tbk masih menguasai pasar. Dominasinya begitu kuat walaupun sudah terjadi pergeseran. Jika pada tahun 2002 Indomie menguasai sekitar 90% pangsa pasar mi instan, akan tetapi pangsa pasar Indofood pada tahun 2003 menurun menjadi 75%. Sisanya yang 25% dikeroyok merek mie instant lainnya.Kemunduran itu patut diwaspadai. Kemunculan Mie Sedap milik PT Sayap Mas Utama yang merupakan grup dari kelompok Wings, yang diluncurkan pada Mei 2003 dan baru didistribusikan di Pulau Jawa dan Bali, namun namanya sudah mulai diperbincangkan di kalangan pembeli di warung-warung, bahkan pasar swalayan.
Tingkat persaingan yang tinggi ini dapat menyebabkan pergeseran loyalitas konsumen mie instan produk indofood kepada mie instan produk yang lain. Kondisi ini mendorong perusahaan untuk senantiasa melakukan riset pemasaran yang dilakukan terhadap konsumen, sehingga dapat diketahui kebutuhan dan keinginan konsumen akan suatu produk mie. Tingginya pangsa pasar mie instant mengharuskan perusahaan-perusahaan yang ada untuk berhati- hati, sehingga perusahaan dituntut harus selalu mengevaluasi dan mematangkan strategi pemasaran yang dijalankannya.
Perusahaan ingin mengetahui bagaimana proses keputusan pembelian mie instan, agar menghasilkan analisis pemasaran yang cermat sehingga perusahaan tidak dirugikan karena terjadinya kekeliruan dalam melakukan kegiatan pemasaran. Oleh karena itu, perlu diketahui respon konsumen terhadap produk mie instan tersebut. Untuk dapat menentukan respon konsumen, terlebih dahulu perlu diidentifikasi faktor-faktor dalam proses keputusan. Mengetahui faktor- faktor tersebut akan memudahkan perusahaan dalam mengambil langkah dalam kegiatan pemasaran yang akan dilakukan sehingga dapat diketahui tingkat kepuasan dari konsumen mie instan terhadap kegiatan pemasaran yang telah dilakukan perusahaan.

A.   STRENGTH
1.       Dari segi keuangan Indofood  untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2010. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, penjualan bersih konsolidasi sedikit meningkat menjadi Rp28,31 triliun dari Rp28,20 triliun. Peningkatan penjualan yang disumbang oleh Grup Produk Konsumen Bermerek ("CBP") diimbangi dengan penurunan penjualan Grup Bogasari dan Agribisnis, yang masing-masing terutama disebabkan oleh penurunan harga jual tepung terigu dan penjualan CPO.Grup CBP memberikan kontribusi sebesar 47% terhadap penjualan bersih konsolidasi, meningkat dari 43%, yang antara lain disebabkan oleh peningkatan volume penjualan di seluruh divisi dan harga jual rata-rata. Grup Bogasari memberikan kontribusi sebesar 26% terhadap penjualan bersih konsolidasi, turun dari 29% terutama karena turunnya harga jual tepung terigu. Kontribusi dari Grup Agribisnis dan Distribusi relatif tidak mengalami perubahan, masing-masing sekitar 19% dan 8%. Laba kotor meningkat 17,7% menjadi Rp9,15 triliun dari Rp7,78 triliun, karena peningkatan kinerja di seluruh Grup. Laba usaha naik 30,5% menjadi Rp 4,86 triliun dari Rp3,73 triliun. Marjin laba kotor dan marjin laba usaha masing-masing meningkat menjadi 32,3% dan 17,2%. Laba bersih tercatat sebesar Rp2,25 triliun, naik 42,6% dari Rp1,58 triliun pada periode yang sama tahun lalu, namun core profit  meningkat 83,0% menjadi Rp2,22 triliun dari Rp1,21 triliun, dengan lebih rendahnya laba kurs yang dicatat pada laba bersih untuk periode sembilan bulan tahun 2010.
2.       Indofood adalah pemain lama yang saat ini menguasai 75% pangsa pasar mi instan. Sisanya 25% dikeroyok merek-merek lain. Menurut pemantauan MIX di sebuah minimarket di kawasan Depok, Jawa Barat, Indomie merupakan produk mi instan paling laris (terjual 4-6 karton per hari), diikuti oleh Mie Sedaap (2-4 karton per hari), Supermi (1 karton), Kare (1 karton), Sarimi (½ karton), dan Pop Mie (20 pieces per hari). Sedangkan produk baru Supermi GoSo, GoBang, dan GoKar pada masa penetrasi ini terjual 2 karton sehari.
3.       Strategi menghadapi persaingan, Indofood  menerapkan strategi Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus kepada organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope, span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and cost cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan memperkenalkan produk-produk dengan higher price and higher margin. Indofood meluncurkan strategi marketing yang lebih komprehensif yang lebih menunjukkan jati diri Indofood sebagai market leader. Hampir semuabrand dalamportfolio-nya disegarkan kembali dengan kampanye baru maupun peluncuran produk baru. Indomie disegarkan dengan kampanye ”Selera Nusantara” yang lebih modern. Sarimi lebih difokuskan untuk membendung produk unggulan Mie Sedaap Soto Ayam—dengan meluncurkan produk Sarimi Soto Koya yang di-endorse oleh ST-12. Sementara Supermi disegarkan dengan meluncurkan produk baru: mie goreng rasa soto (GoSo), rasa bawang (GoBang), dan rasa kari (GoKar). Indofood juga menggunakan Slank untuk meng-endorse Supermi—Supermi tampaknya akan dijadikan brand unggulan kedua Indofood setelah Indomie yang menyumbang hampir separuh omset divisi noodle Indofood. Akan halnya Pop Mie, meskipun saat ini bisa dibilang melenggang sendiri tanpa head on competitor, Indofood sudah mengantisipasinya dengan upaya building brand melalui kampanye dan promosi di kalangan remaja.
4.       STRATEGI KUNCI 3A
Keberhasilan Indomie terus bercokol di urutan teratas Top Brand adalah berkat konsistensi Indomie dalam menjalankan strategi kunci 3A:
a). Acceptability, yaitu rasa Indomie yang sudah bisa diterima di lidah konsumen
b). Avalaibility, produk Indomie mudah diperoleh dimana saja (Place)
c). Affordability, tercermin dari harga eceran Indomie yag terjangkau (Price)

B.   WEAKNESS
1.       Indofood mengantisipasi kompetitor dengan upaya building brand melalui kampanye dan promosi, Indofood memiliki kelebihan dibanding Mie Sedaap dalam hal brand portfolio. Indofood memiliki tiga brand utama, yaitu Indomie, Supermi, dan Sarimi. Pop Mie tidak diitung karena konsepnya berbeda. Promosi yang tidak terkendali akan menurunkan tingkat penjualan, dikarenakan adanya kemiripan target market— yang dipresentasikan oleh talent iklan Supermi, Pop Mie—akan menyebabkan terjadinya kanibalisme atau ”perang saudara” antara sesama brand Indofood.
2.       Warung Indomie adalah salah satu channel Indofood yang dibangun dan dikembangkan sekian lama. Dengan mengajarkan para pengelola warung membuat Indomie, men-support warung-warung mereka dengan spanduk, sekaligus memonitor ketersediaan produk Indomie di sana. Tidak memaintain dan tidak dilakukan secara continue, sehingga warung indomie ini dijadikan sebagai peluang oleh kompetitor dengan konsep yang jauh lebih menarik, sehingga para pedagang warung indomie lebih memilih yang lebih menguntungkan dan beralih kepada kompetitor.
3.       Iklan Mie Sedaap versi Titi Kamal yang menawarkan pesan ”mie yang bergizi,” katanya, jauh lebih cerdas dan berkonsep. “Anda bisa bayangkan bagaimana kalau ternyata iklan tersebut mampu mengubah image bahwa makan mie tidak sehat menjadi positive image. Hanya dengan menambahkan kata ”bervitamin dan bergizi'”. Padahal,Indomie juga pernah mengusung tema kampanye ”bergizi” seperti yang dilakukan Mie Sedap saat ini. Tapi Indomie tidak me- maintain kampanye itu.
4.       Terlalu banyak Brand yang dikeluarkan
5.       Terlalu banyak inovasi rasa yang dibuat oleh Indofood
6.        Permintaan pasar yang belum terpenuhi


C.   OPORTUNITY
1.       Indofood memiliki kelebihan dibanding Mie Sedaap dalam hal brand portfolio. Indofood memiliki tiga brand utama, yaitu Indomie, Supermi, dan Sarimi. Sementara WingFood, hanya memiliki satu brand, Mie Sedaap. Melihat brand portfolio Indofood dibuat bukan berdasar segmentasi target market, melainkan berdasarkan segmentasi selera dan harga yang diwujudkan dalam varian rasa. hasilnya Indofood tetap akan unggul. Dengan konsep market share-nya yang tersegmen diharapkan penjualan  tidak akan turun lagi, malah mungkin akan meningkat.
2.       Permintaan pasar terhadap Mie Sedap sangat bagus. Bahkan saat ini produksinya belum bisa memenuhi permintaan pasar. ‘’Masih banyak barang kosong di toko ataupun variannya tidak lengkap”. Hal ini merupakan peluang bagi indofood karena konsumen akan kembali ke indofood yang memiliki varians rasa serta segmen harga yang berbeda disaat kompetitior tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar.
3.       Melakukan ekspansi ke luar negeri.
4.       Melakukan join dengan perusaan yang memiliki produk yang sejenis.
5.       Melakukan diversifikasi terhadap produk lain.

D.   THREATH
1.       Warung Indomie adalah salah satu channel Indofood yang dibangun dan dikembangkan sekian lama. Indofood mengajarkan para pengelola warung membuat Indomie, men-support warung-warung mereka dengan spanduk, sekaligus memonitor ketersediaan produk Indomie di sana. Akan tetapi saat ini warung –warung indomie mulai menjual Mie Sedaap— walaupun, hanya beberapa bungkus. Berdasarkan hasil pembicaraan dengan para  pedagangnya, Mie Sedaap agresif mengakuisisi warung-warung Indomie siap saji. laku tidak laku Mie Sedaap-nya, dia akan  diberikan insentif Rp 50 ribu per bulan.
2.       Strategi awal Mie Sedap, antara lain bermain di harga pasaran yang sangat ekonomis namun bumbu mi yang diberikan kelas premium. Diberlakukan pula strategi klasik dengan memberi hadiah berupa piring dan gelas.
3.       Baru-baru ini diluncurkan Salami rasa mi Jawa oleh Sentrafood. ‘’Peluncuran itu sudah melalui riset mendalam. Jadi tidak asal-asalan. Salam Mie dengan rasa mi Jawa ini merupakan produk-produk baru yang belum pernah ada diantara varian rasa produsen mie instant, dan kini produknya mengambil pasar mi instan kurang dari 10%.
4.       Ketatnya persaingan yang dilakukan pesaing dalam hal iklan maupun invasi.
5.       Tidak fokus terhadap satu jenis produk.







III. 2.  STRATEGI MANAJEMEN PADA ELEMEN MARKETING MIX (4P)
1. PRODUCT
Brand name yang digunakan adalah Indomie. Satu bungkus Indomie standard memiliki massa 85 gram, dan terdapat 2 sachet berisi 5 bumbu-bumbuan yang disertakan, yaitu kecap manis, saus sambal, minyak palm, bubuk perasa dan bawang goreng. Indomie juga tersedia dalam versi jumbo dengan massa 120 gram.
Indomie memiliki rasa yang sesuai dengan selera orang Indonesia. Indomie pun selalu berusaha memenuhi keinginan konsumen yang semakin banyak, terbukti dengan semakin bertambahnya variasi produk Indomie, mulai dari mie goreng, mie soup, mie regional (mie dengan variasi rasa sesuai dengan masakan tradisional daerah-daerah Indonesia), mie premium, serta mie jumbo.
2. PRICE
Indomie selain dapat dibeli perbungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau paket 1 kardus berisi 30 atau 40 indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan terjangkau bagi semua kalangan masyarakat, di Indonesia, perbungkus indomie dihargai hanya sekitar Rp. 1100,-
3. PLACES
Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, menembus sampai hampir ke setiap sudut kepualuan. Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005, sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai suplai dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak, termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin (www.indofood.com). Di Yogyakarta agen-agen Indofood juga bekerjasama dalam menyediakan Indomie dengan warung-warung seperti Burjo (warung yang menyediakan bubur kacang hijau dan mie instan/mie goreng sebagai menu utama)
4. PROMOTION
·         Tagline : Indomie Seleraku
·         Iklan : billboard, iklan TV, sponsor acara
· Event : Indomie menggelar ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara tersebut berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008.
·         Pembuatan Shop Sign (Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di Yogyakarta)
Indomie
Product Indofood
 
Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada posisi mature, sudah stabil, memiliki brand equity yang sangat kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of Mind merek mie instan. Pada tahap ini Indomie tidak boleh lengah, dalam artian Indomie masih tetap harus mengadakan promosi untuk me-remind customer bahwa Indomie masih exsist, dan selalu berinovasi untuk merejuvenasi produk maupun strategi promosinya. Indomie sempat direbut pangsa pasarnya oleh Mie Sedaap (muncul tahun 2003) sehingga pangsa pasar Indomie menurun, meskipun masih tetap menguasai sebagian besar pasar. Sejak saat itu, menyadari bahwa Mie Sedaap merupakan pesaing yang cukup kuat, Indomie mulai “bangkit dari tidur panjangnya”, Indomie mulai gencar beriklan lagi. Indomie menggunakan endorser artis terkenal seperti 3 Diva, Gita Gutawa, maupun non artis seperti remaja/pelajar. Indomie semakin mengukuhkan bahwa dia masih menjadi mie instan nomor satu di Indonesia. Indomie juga mengadakan acara ”Indomie Jingle Dare” untuk para pelajar SMA yang bertujuan untuk lebih memodernisasi Jingle-nya. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan abrand awareness remaja/pelajar mengenai produk Indomie. Indomie melihat remaja/pelajar sebagai customer masa depan, jadi sejak sekarang Indomie mulai memberikan semacam ”edukasi” mengenai Indomie.
Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan strategi Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus kepada organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope, span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and cost cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan memperkenalkan produk-produk dengan higher price and higher margin.
Corporate Social Responsibility
            Indofood Corporate Sosial Responsibility (CSR) program andalan dari komitmen untuk membantu anggota masyarakat yang lebih luas dan untuk membantu anggota masyarakat yang lebih luas dan untuk membuat kontribusi yang optimal kepada masyarakat. Selama tahun 2007 Indofood secara keseluruhan program dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan lima pilar dasar jangka panjang CSR filosofi.
-          Membangun Human Capital
-          Mempertahankan kohesi social
-          Memperkuat nilai Ekonomi
-          Mendorong Good Govenance
-          Melindungi lingkungan

III. 2. ANALISA BCG MATRIX PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk
Posisi PT Indofood  ini mampu menjadi pemimpin pasar hal ini bisa dilihat dari para pesaing pasar yang tidak mampu menyaingi PT.Indofood. Apalagi dengan pertumbuhan kas yang relative stabil, dan bisa membuat berbagai produk yang inovatif setiap tahunnya sehingga para konsumen tertarik. Pada kenyataannya PT Indofood ini  mendapat posisi di hati produsen (para agen/penjual dipasar) Melihat pangsa pasar yang cukup tinggi dengan scope product yang beragam telah  dihasilkan PT. Indofood.
 Posisi Bintang adalah posisi yang paling tepat karena berdasarkan analisa dari laporan keuangan  PT. Indofood hasil kinerja keuangan Perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2010. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, penjualan bersih konsolidasi sedikit meningkat menjadi Rp28,31 triliun dari Rp28,20 triliun. Peningkatan penjualan yang disumbang oleh Grup Produk Konsumen Bermerek ("CBP") diimbangi dengan penurunan penjualan Grup Bogasari dan Agribisnis, yang masing-masing terutama disebabkan oleh penurunan harga jual tepung terigu dan penjualan CPO.Grup CBP memberikan kontribusi sebesar 47% terhadap penjualan bersih konsolidasi, meningkat dari 43%, yang antara lain disebabkan oleh peningkatan volume penjualan di seluruh divisi dan harga jual rata-rata.Grup Bogasari memberikan kontribusi sebesar 26% terhadap penjualan bersih konsolidasi, turun dari 29% terutama karena turunnya harga jual tepung terigu. Kontribusi dari Grup Agribisnis dan Distribusi relatif tidak mengalami perubahan, masing-masing sekitar 19% dan 8%.Laba kotor meningkat 17,7% menjadi Rp9,15 triliun dari Rp7,78 triliun, karena peningkatan kinerja di seluruh Grup. Laba usaha naik 30,5% menjadi Rp 4,86 triliun dari Rp3,73 triliun. Marjin laba kotor dan marjin laba usaha masing-masing meningkat menjadi 32,3% dan 17,2%. Laba bersih tercatat sebesar Rp2,25 triliun, naik 42,6% dari Rp1,58 triliun pada periode yang sama tahun lalu, namun core profit  meningkat 83,0% menjadi Rp2,22 triliun dari Rp1,21 triliun, dengan lebih rendahnya laba kurs yang dicatat pada laba bersih untuk periode sembilan bulan tahun 2010.Core profit, yang mencerminkan kinerja operasional, secara jelas memperlihatkan kinerja kami yang kuat.
Kesimpulannya PT. Indofood mampu menghasilkan uang dalam jumlah besar akan tetapi pangsa pasar relatif mereka yang kuat juga mengkonsumsi uang dalam jumlah besar karena laju pertumbuhan yang tinggi sehingga memerlukan biaya development dan maintenance di setiap arah. PT. Indofood yang saat ini berada dalam posisi “Bintang” dapat mempertahankan pangsa pasar yang besar, akan tetapi melihat para kompetitor yang semakin gencar menekan PT. Indofood dengan promo dan produk yang tengah dikeluarkannya PT. Indofood harus senantiasa waspada sehingga posisi bintang tidak akan tergeser menjadi sapi kas ketika penurunan tingkat pertumbuhan pasar .Portofolio perusahaan terdiversifikasi harus selalu memiliki bintang yang akan menjadi sapi perah generasi berikutnya dan memastikan kas masa depan.




BAB IV
PENUTUP

VI.1. SIMPULAN
Selama ini produk sabun dan pembersih badan (toiletries), termasuk pembersih lantai, sabun cuci, dan lainnya, dikuasai dua perusahaan raksasa, yaitu PT Unilever dan Grup Wings. Dua-duanya memiliki pabrik di Surabaya dan aktif melakukan penetrasi pasar ke seluruh pelosok Tanah Air dan juga manca negara.
Dua perusahaan itu seakan telah memiliki kaveling sendiri-sendiri dan tidak perlu berebut pasar. Kalau produk Unilever ingin membidik segmen pasar kelas menengah ke atas, maka produk Wings bermain di kelas bawah. Begitu pula sebaliknya. Dua perusahaan telah memasarkan ratusan jenis produk.
Kelompok usaha Wings, yang bendera resminya PT Karunia Alam Segar, sebenarnya tidak hanya bermain di bisnis toiletries saja. Sejak beberapa tahun lalu jaga merambah bisnis mi dengan produknya Mie Sedaap. Tentu saja bisnis ini, kendati awalnya kurang diperhitungkan, seiring dengan bertambahnya waktu ternyata juga mulai mengganggu perusahaan makanan terkemuka, PT Indofood Sukses Makmur TbK, raksasa produsen mi dan aneka makanan, minyak goreng, ternyata pangsa pasarnya berkurang pada tahun 2003 lalu menjadi 80%. Selain direbut oleh Mie Sedaap juga dimasuki beberapa merek lainnya.
kemunculan produk sabun cuci merek BuKrim yang dikeluarkan Indofood,  sebagai reaksi atas ''gangguan'' Wings yang telah memukul telak bisnis inti Indofood. Pabrik sabun anak perusahaan Indofood ini bernama PT Birina Multidaya, berada di Pasuruan, Jawa Timur, sekitar 40 Km dari basis Wings di Surabaya. Banyak sumber yang menyebut anak perusahaan Indofood yang didirikan 2003. Pemasaran BuKrim, yang per tahunnya diproduksi 60 ribu ton, menggunakan nama Indofood.
Perang harga dan perang bonus selama ini memang sudah ditunjukkan oleh mi produk Indofood dan mi produk Wings. Mi Sedaap misalnya selain harganya murah, pembeli juga mendapat bonus untuk pembelian jumlah tertentu. Mi produk Wings bahkan dijual mulai Rp 980/bungkus.Kondisi ini langsung ditanggapi Indofood dengan meluncurkan berbagai produk mi. Ada yang harganya mirip produk Wings. Bonus juga tak lupa dibagikan oleh Indofood. Yang jelas dalam laporan keuangan semester 2004 penjualan Indofood sempat anjlok menjadi Rp 4,2 triliun. Periode yang sama 2003 total penjualannya Rp 4,3 triliun. Khusus mi total produksinya 9,5 miliar bungkus. Namun secara keseluruhan Indofood Sukses Makmur, yang kini CEO-nya kembali 9%, dari Rp 16,5 triliun pada tahun 2002 menjadi Rp 17,9 triliun pada tahun 2003. Sementara laba kotor naik 10% menjadi Rp 4,5 triliun dan laba usaha naik 7% menjadi Rp 2,0 triliun.
Penjualan mi instan, tepung terigu, serta minyak goreng dan lemak nabati memberikan kontribusi 85% terhadap penjualan bersih konsolidasi, yakni masing-masing 33%, 28%, dan 24%. Indofood, dalam siaran persnya, menegaskan tetap bertekad mempertahankan penjualan mi instan, yakni sebesar 9,8 miliar bungkus, walaupun sebenarnya menghadapi persaingan ketat sejak tahun 2003. Volume penjualan tepung terigu mengalami penurunan sebesar 5%, menjadi 2,2 juta ton dibandingkan dengan tahun 2002 yang sebesar 2,3 juta ton, karena rendahnya pertumbuhan industri nasional tepung terigu pada tahun lalu. (http://www.suaramerdeka.com/harian/0501/14/eko05.htm)
   Persaingan antara ke dua belah pihak. Dimulai dari promo yang besar-besaran dengan menggunakan artis-artis tingkat atas guna menarik konsumen dan juga persaingan dalam harga, dimana harga diturunkan guna merebut konsumen. Selain itu, juga bermunculan produk-produk baru dari ke dua perusahaan ini. Dari persaingan ini adalah konsumen yang sangat diuntungkan yaitu dengan memilih harga yang rendah dengan kualitas bagus. Siapa yang akan dominan nantinya, akan sangat bergantung kepada konsumen. Tetapi Indofood yang masih dominan dengan bukti di bawah ini:
·   PEFINDO (lembaga pemeriksa efek Indonesia sudah menaikkan peringkat PT Indofood beserta obligasinya dari rating AA menjadi AA+. Peringkat ini berlaku mulai 2 April 2007 sampai 1 Mei 2008. peringkat ini menandakan bahwa PT indofood merupakan posisi yang sangat kuat di industri makanan dan portofolio usaha sangat terdiversifikasi dan operasi yang terintegrasi secara vertical, serta perbaikan struktur permodalan perusahaan (Ringkasan artikel dari http://www.media-indonesia.com/berita.asp?id=129502) .